Seorang gadis menangis tersedu-sedu.
Ia baru saja diputuskan oleh kekasihnya. Orangtua kekasihnya melarang anaknya
menjalin relasi dengan si gadis, hanya karena gadis ini berasal dari keluarga broken home. Tiba-tiba sang gadis ingat
kembali saat-saat sedih di masa SD, ketika ayahnya pergi meninggalkan keluarga
mereka dan tidak pernah kembali. Ia ingat bahwa sejak itu ia selalu belajar
mati-matian sehingga selalu menjadi juara kelas, agar tidak terkalahkan
oleh teman-teman yang mengejeknya
sebagai “anak yang tidak punya ayah”. Ia bahkan berhasil menjadi pemenang
olimpiade Sains tingkat nasional. Ia juga ingat bagaimana ketika ia mati-matian
mencoba memenangkan hati seorang pria dan berhasil. Tapi, kini tak ada
kebanggaan yang tersisa ketika dirinya tidak bisa bertahan sebagai pemenang
dalam mengambil hati kekasihnya. Kegagalan ini dalam sekejap membuat semua
gelar juara dan pemenang menjadi hampa, ia merasa terpuruk dan tidak berharga.
Siapa dirinya ini? Ternyata tidak lebih dari seorang gadis malang yang pantas
ditinggalkan.
Dalam kedukaan, sang gadis bersujud,
berdoa dan menceritakan segala kesedihannya kepada Tuhan sambil menangis.
Rasanya ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk melanjutkan kehidupannya yang kini
terasa hampa. Ia berserah kepada Tuhan dan memohon: “Tuhan, .............. ini
aku..............tolonglah aku”. Ia mencoba mendengarkan
jawaban Tuhan baginya. Apa yang dikatakan Tuhan sebagai jawaban atas doanya?
Sebuah kalimat sederhana – yang telah diucapkan setiap hari kepada kita semua-
“engkau adalah anak-Ku yang Ku kasihi, Aku mengasihimu”.
Seketika itu juga sang gadis merasa lebih tenang dan lega, sebab boleh saja segala peristiwa pahit menimpa dirinya, namun tidak ada
yang dapat memisahkan dirinya dari kasih Allah. Boleh saja bahwa ia kehilangan gelar "pemenang", bahkan bisa saja bahwa ia bukan juara
atau pemenang apapun ......namun Tuhan memberinya identitas yang lebih dari
pemenang, yaitu sebagai anak yang dikasihi-Nya.
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?
Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan,
atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang,
oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup,
baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah,
baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah,
ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan,
atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang,
oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup,
baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah,
baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah,
ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
(Roma 8:35,37-39).