Sabtu, 06 September 2014

Mendengarkan untuk memahami



Pernahkah anda mempunyai seorang sahabat yang bisa “membaca pikiran” anda, dan sebaliknya andapun cukup memandang wajahnya lalu ...... “cling!” ... dalam sekejap anda tahu apa yang ia harapkan?  Dalam keluarga, pasti kita pernah mengalami hal seperti itu. Barangkali pada suatu hari ada di antara para ibu yang membeli kue kesukaan suaminya, dan saat pulang bekerja, ternyata suaminya membawa kue yang sama! Sepintas seolah-olah bisa saling berkomunikasi dengan "telepati". Hal seperti ini memang dimungkinkan dalam suatu hubungan yang dekat dan akrab, yang bertumbuh dengan saling mendengarkan.

“Mendengarkan” sangat penting untuk bertumbuh dalam persahabatan. Dengan “mendengarkan”, baru kita bisa “memahami”, dan selanjutnya masuk ke tahap “mengetahui apa yang ia harapkan untuk aku lakukan”. Ini bisa menjadi bahan permenungan dalam hal hubungan kita dengan Tuhan. Saat ini, sejauh manakah relasi kita dengan Tuhan? Apakah bagi kita Tuhan adalah: Bapa tempat memohon, tempat “curhat”, berlindung dan mencari pertolongan? Apakah kita sudah menjalin persahabatan dengan-Nya pada kualitas “cukup dengan memandangnya, aku pun tahu apa yang ia kehendaki untuk aku pahami”?

Kalau kita ingin mengalami persahabatan yang indah dengan Tuhan, maka tentu kita juga harus belajar untuk “mendengarkan” Dia,  yaitu melalui doa atau membaca sabda-Nya yang tertulis dalam Kitab Suci.

Mungkin kita menganggap bahwa membaca dan memahami Kitab Suci pasti sulit. Harus mengerti sejarah penulisannya, mempelajari tafsir-nya dengan benar. Ah, pokoknya susah! Untuk itu harus ikut pendalaman atau kursus Kitab Suci secara khusus. Memang itu benar. Tapi, tahukah anda, mengapa Kitab Suci menjadi buku bestseller selama berabad-abad? Karena ternyata Kitab Suci tidak hanya menyapa orang-orang pintar dan ahli filsafat, namun juga orang-orang sederhana. Kitab Suci menyapa setiap orang sesuai dengan situasi yang dihadapinya saat itu, dan menjadi sarana dialog dengan Allah yang hidup.

Kita bisa mendengarkan Sabda Tuhan secara sederhana: berdoa mohon bantuan Tuhan, lalu membuka Kitab Suci, baca perikop yang menarik pandangan kita di halaman itu, kemudian bawa ke dalam renungan, coba “dengarkan”: apa yang mau Tuhan katakan kepada kita dengan Sabda-Nya ini?

Ada sebuah kesaksian. Sekitar tahun 1998-1999 di masa krisis moneter melanda dunia, ada satu perusahaan keluarga yang terancam bangkrut karena tidak bisa membayar kepada para supplier-nya. Ayah dari keluarga ini memutuskan untuk pindah ke kota lain, agar tidak dikejar-kejar oleh penagih hutang. Namun, anak-anaknya menolak, sebab tidak sesuai ciri keluarga mereka yang menjunjung tinggi kejujuran, dan akan mematikan langkah anak-anak juga. Maka keluarga inipun berdoa bersama dan mencari jawaban melalui Kitab Suci, seperti kebiasaan mereka selama ini.  Tapi sekali itu mereka sangat kaget! Sebab, ayat yang dibaca menyatakan “Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan” (Mat 18:23-26). Semalaman keluarga membawa hal itu dalam permenungan. Akhirnya, dengan mata berkaca-kaca sang ayah mengatakan bahwa ia memahami hal itu sebagai panggilan Tuhan untuk menyelesaikan hutang secara benar, walaupun untuk itu mereka harus menjual harta benda mereka.

Memang akhirnya barang berharga dijual bahkan asuransi jiwapun dicairkan untuk membayar hutang. Tapi ajaib, ada tiga supplier yang membebaskan hutang sampai sebesar sembilan puluh juta rupiah, lalu membantu keluarga itu untuk membangun kembali usahanya dari nol! Dan ...... ketika mereka sekeluarga kembali membaca perikop tersebut, mereka begitu kagum karena baru sadar bahwa lanjutan ayat tadi berbunyi: “Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya” (Mat 18: 26-27).  Sebuah Sabda yang menjadi petunjuk jalan yang membawa keselamatan bagi keluarga tadi!

Kesaksian tadi menunjukkan bahwa Sabda Tuhan yang disampaikan kepada para nabi, dan dibaca oleh para kudus, masih relevan bagi kita hari ini. Kitab Suci adalah petunjuk jalan, jawaban atas doa-doa kita. Ketika keluarga kita menghadapi masalah yang berat, Tuhan menawarkan sebuah kuk yang nyaman dan bersabda “Marilah kepada Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:28) Ketika kita merasa tidak sanggup untuk melanjutkan hidup kita, Ia mengulurkan tangan dan berkata “Talita, kum" yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah! "(Mrk 5:41).

Begitu indahnya Sabda Tuhan yang ingin disampaikan kepada kita! Maka, mulai sekarang, mari kita selalu berdoa: memutar nomor telpon Tuhan, mengirim sms kepada-Nya, menceritakan kerinduan kita kepada-Nya. Lalu kita "dengarkan" jawaban yang sudah tertulis dalam Kitab-nya yang Suci, seperti kita membaca status path atau facebook atau bahasa tubuh sahabat kita. Mari kita berusaha memahami-Nya seperti kita telah memahami sahabat kita. Dengan begitu, semoga kita menjadi peka untuk “menangkap” apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan hari ini. Siapa tahu, hari ini Tuhan hanya ingin mengatakan “engkaulah anak-Ku yang Kukasihi”. (Mrk 1:11) .