Minggu, 01 Januari 2017

Tuhan Memberkati dan Melindungi, karena Dia Mencintai kita.



#refleksiMasaNatal2016

Allah hidup dan memimpin keluarga kita
Hari keempat Oktaf Natal (Pesta kanak-kanak suci) 
(Rabu, 28 Desember 2016)

Hari ini kami berada di kota Malang. Kami sempat kecewa karena gagal mengunjungi museum Malang Tempo Doeloe yang ditutup untuk renovasi. Namun akhirnya kami sampai di Museum Panji di Tumpang yang masih dalam proses penyelesaian. Sungguh beruntung, kami bertemu dengan pemiliknya (pak Dwi Cahyono) yang menerima kami dengan ramah, mengajak kami berkeliling melihat miniatur candi-candi Jawa Timuran, koleksi topeng Panji dan wayang kulit, dan menjelaskan filosofi dan nilai-nilai luhur cerita Panji. Dari beliau dan driver kami, kami mendapat petunjuk arah menuju tempat ziarah umat Katolik, yaitu Pertapaan Karmel Tumpang.

Kami tiba di pertapaan Tumpang pukul 19.30. Taman doa dan Gua Maria sudah gelap dan sepi, hanya terdengar suara daun tertiup angin, kodok dan serangga malam. Lilin untuk doa sudah habis. Namun, di antara sisa-sisa lilin di sekitar gua, kami menemukan satu lilin bekas yang hampir utuh dan bisa kami nyalakan untuk berdoa. Seolah-olah Tuhan sudah menunggu keluarga kami datang, dan menyediakan lilin itu bagi kami di sana.

Hari ini adalah pesta kanak-kanak suci. Injil hari ini mewartakan bagaimana setelah orang-orang majus berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi, berpesan agar Yusuf membawa Yesus dan Maria menyingkir ke Mesir, karena Herodes mencari anak itu untuk membunuh Dia.  Dan Yusuf mematuhinya sehingga keluarga kudus selamat. Jelas sekali bahwa Yusuf adalah seorang yang selalu berusaha untuk mendengarkan apa kehendak Tuhan dan melaksanakannya dengan penuh iman, karena yakin bahwa jalan Tuhan adalah jalan keselamatan.

Di perjalanan kami yang terencana dengan baik, hari ini kami belajar untuk membaca petunjuk Tuhan melalui peristiwa dan orang-orang yang dijumpai. Lihatlah, Tuhan mengubah kegagalan menjadi berkat berlipat ganda jika kita mengijinkan campur tangan-Nya dalam perjalanan hidup kita. Ketika hari ini kami gagal mengunjungi tempat yang direncanakan, Tuhan menuntun kami ke tempat terbaik sesuai rencana-Nya. Disediakan-Nya sebuah petunjuk kecil untuk kami temukan agar kami tahu bahwa jalan itu disediakan-Nya bagi kami: pembelajaran dari kearifan kisah Panji, dan sebuah lilin bekas yang disediakan untuk doa keluarga kami. Allah itu hidup, dan kami berdiri di hadapan-Nya. Dia memimpin keluarga kita, jika kita mengundang-Nya.
  
Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang
Hari kelima dalam Oktaf Natal
(Kamis, 29 Desember 2016)

Bacaan hari ini (1Yoh 2:3-11) menyatakan: Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran”. Bacaan ini menjelaskan bahwa mengenal Allah bukan soal sikap religius atau menguasai teologi dan tafsir Kitab Suci, melainkan soal ketaatan pada firman-Nya. Meskipun kita adalah manusia yang berdosa, namun Yesus telah mendamaikan kita dengan Allah, sehingga kita akan berusaha menaati perintah-Nya dan menghidupkan firman-Nya setiap saat. Tentunya kita ingat, salah satu firman-Nya yang terpenting adalah kasih.

     Di dalam Yesus Kristus, kasih telah diperbaharui pada bentuk yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Dengan keteladanan, diajarinya kita untuk mengerti bahwa tindakan kasih terbesar adalah pengorbanan diri demi keselamatan orang yang kita kasihi: disalibkan! Dan kita yang adalah pengikut Kristus diminta untuk melakukan tindakan kasih seperti itu setiap hari, kepada orang-orang di sekitar kita, terutama kepada keluarga terdekat kita. Pengorbanan bisa berupa hal-hal kecil namun penting: mendengarkan celotehan si kecil yang sedang ingin didengarkan, meninggalkan chatting di media sosial untuk duduk bersama pasangan, untuk makan bersama dan doa bersama keluarga, mendoakan ketika kita dikecewakan, mengampuni ketika hati kita dilukai, dan minta maaf ketika kita bersalah. Mungkin hal-hal tersebut mengorbankan kenyamanan (rasa keakuan) kita, namun dengan cara begitulah kita telah mengasihi, dan karenanya tetap berada di dalam terang.

Relasi cinta kasih dan semangat rela berkorban
Hari keenam dalam Oktaf Natal (Pesta Keluarga Kudus)
(Jumat, 30 Desember 2016)

Hari ini Gereja merayakan Pesta Keluarga Kudus Yesus, Maria dan Yusuf. Mengapa Gereja menempatkan keluarga begitu penting sehingga diadakan sebuah Pesta khusus untuk keluarga? Sebab melalui keluargalah pertama-tama cinta terbesar Allah lahir sebagai bayi Yesus. Keluarga Yusuf dan Maria menjadi kudus karena kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka. Keluarga kitapun bisa menjadi keluarga kudus kalau senantiasa menghadirkan Yesus dalam segala peristiwa hidup keluarga, dan meneladani relasi cinta kasih yang tampak dalam Keluarga Kudus. Dan sadarkah kita bahwa relasi cinta kasih terindah justru ditunjukkan dengan semangat rela berkorban, seperti yang diteladankan Keluarga Kudus?

Yusuf mau berkorban, mengambil segala risiko untuk menerima Maria yang tiba-tiba sudah mengandung sewaktu bertunangan dengannya. Ia mau mengambil segala risiko untuk melindungi Maria dan Kanak-Kanak Yesus dari ancaman Herodes. Maria mengorbankan segala kenyamanan dunia dan mengambil risiko untuk menjadi Bunda Yesus Kristus, walaupun ia sadar bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya, seperti yang dikatakan Simeon kepadanya.

Di dalam hidup berkeluarga, kita juga diminta untuk menunjukkan sikap rela berkorban sebagai tanda cinta kita kepada setiap anggota keluarga. Pembimbing rohaniku pernah mengatakan bahwa dalam hidup berkeluarga me time bukanlah hak kita. Yang harus kita perjuangkan adalah our time, waktu bersama bagi keluarga. Maka, agenda pribadi harus dengan seijin keluarga, dan acara pribadi itu harus rela dikorbankan bila keluarga tidak menyetujuinya. Dan, our time yang paling penting adalah waktu untuk berdoa bersama. Sebab berdoa adalah sebuah cara mencintai yang paling sederhana.


Mari kita memuji Tuhan karena kita dicintai
Hari ketujuh dalam Oktaf Natal
(Sabtu 31 Desember 2016)

Mazmur hari ini berbunyi “Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai”. Bersama langit dan bumi, hati juga bersukacita karena Dia telah datang dan memperbaharui hati kita setiap hari sepanjang tahun 2016. Tuhan yang setia telah menjaga hati kita dan mengundang kita untuk mendengarkan suara-Nya di sana. Maka, akhirnya kita bisa mensyukuri setiap peristiwa yang sudah kita alami di tahun ini dengan segala kesulitan, segala air mata dan perjuangan yang telah diubah-Nya menjadi sukacita. Ketika kita menghadapi badai, mungkin kita takut, namun Dia mengajari kita untuk masuk ke pusat badai itu, menemukan kekuatan-kekuatan baru yang membuat kita selamat. Lalu kita sadar bahwa akhirnya kita selamat bukan karena kekuatan kita sendiri, namun karena Tuhan selalu hadir di sisi kita dan berkata kepada setiap badai “Diam! Tenanglah!” sehingga seluruh semesta kita menjadi teduh (Bdk. Mrk.4:39). 

Maka, dari setiap peristiwa hidup seperih apapun di tahun ini, kita dapat memetik banyak sekali pembelajaran. Kita memetik hikmah dari kejadian-kejadiannya, kita menerima pembelajaran dan berkat dari pribadi-pribadi yang kita jumpai di sana sebagai teman seperjalanan. Kita belajar saling menolong dan menyemangati. Kita belajar berdamai, saling memahami, dan saling mengampuni. Namun yang terutama adalah kita memetik makna terindah dari semua itu, yaitu bahwa kasih setia Tuhan beserta kita setiap waktu, menyelamatkan kita dari setiap badai. Bukan karena kita berjasa atau tanpa dosa, namun semata-mata karena kita dicintai oleh-Nya. 

Mari kita memuji Tuhan karena kita telah dicintai.


Tuhan memberkati dan melindungi, karena Dia mencintai kita
Hari terakhir dari Oktaf Natal (Hari Raya Santa Maria Bunda Allah)
1 Januari 2017.

Hari Raya Santa Maria Bunda Allah. “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera” (Bil 6:22-27). Janji ini diberikan Tuhan kepada Perawan Maria yang dipanggil untuk menjadi Bunda Tuhan dan melahirkan Imanuel –Allah beserta kita-. Janji yang sama diberikan Tuhan kepada kita masing-masing yang dipanggil oleh-Nya untuk bertugas menghadirkan “Allah beserta kita” dalam hidup sehari-hari, yaitu dengan melakukan perbuatan-perbuatan kasih dalam setiap pekerjaan yang menjadi tanggungjawab kita.

Di awal tahun 2017 ini kita diajak untuk percaya dan berpegang pada janji-Nya tersebut. Janji-Nya adalah janji yang pasti terwujud. Dia tidak menjanjikan sepanjang tahun 2017 ini akan mulus bagi kita. Namun Dia berjanji akan selalu menyertai kita dengan berkat, kasih karunia dan perlindungan-Nya. Bersama Tuhan, kita tidak selalu memperoleh kemenangan secara duniawi, namun kita akan memperoleh sukacita dan damai sejahtera yang tak tergantikan oleh harta dunia apapun. Tuhan memberkati dan melindungi, karena Dia mencintai kita. Dan kita akan melalui tahun 2017 dengan indah bersama-Nya. Amin.


 Selamat Tahun Baru 2017.




Karena Kita Dicinta



#refleksiMasaNatal
(dari retret Natal keluarga SEP Shekinah - KAJ)

Natal adalah serangkaian peristiwa.

Pada mulanya adalah cinta, ketika Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya agar dapat Dia cintai. Manusialah yang memilih untuk jatuh dalam dosa. Dengan perantaraan para nabi sudah dicoba-Nya untuk meraih manusia kembali kepada-Nya, namun gagal. Maka dirancang-Nya sebuah mega proyek karya penyelamatan yang pasti berhasil, yaitu mengutus Putera Tunggal-Nya untuk menjelma menjadi manusia, agar dapat melakukan tindakan cinta yang bisa dilihat secara nyata oleh manusia.

Bapa, Putera dan Roh Kudus sudah memilih banyak nama untuk berperan dalam mega proyek ini. Mulai dari Abraham sampai Yusuf. Mulai dari Elisabeth, Yohanes Pembaptis, Maria, kedua belas murid, para rasul, sampai diri kita masing-masing. Masing-masing dilamar oleh-Nya dengan berdebar saat menunggu tanggapan. Dan tentu saja pemeran utamanya: Yesus Kristus sendiri.



Natal: mengapa Dia mau lahir di dunia untuk disalibkan.

Putera Allah pasti sudah tahu bagaimana tanggapan manusia bila Dia dilahirkan di dunia. Sebagian akan menjadi pengikut-Nya, namun sebagian lain akan tetap menolak-Nya walaupun sudah melihat sendiri mujizat yang dilakukan: orang buta jadi melihat, orang lumpuh disembuhkan, orang mati dibangkitkan. Bahkan manusia akan menyalibkan Dia. Namun Sang Putera tetap mau melaksanakan misi-Nya karena Dia tahu bahwa diri-Nya sangat dicintai oleh Bapa. Bahkan saat pembaptisan-Nya di sungai Yordan, Bapa menegaskan kembali kepada semesta Inilah Anak-Ku yang Ku kasihi. KepadaNyalah Aku berkenan.

Hari kedua Oktaf Natal: mau setia karena dicintai.

Setelah memperingati kelahiran Putera Allah di dunia pada Hari Natal, pada hari kedua oktaf Natal kita memperingati kesengsaraan Santo Stefanus martir. Kitab Suci mencatat bahwa saat Stefanus diadili, ia penuh dengan Roh Kudus, dan ketika ia menatap ke langit, Allah mengijinkannya untuk melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah (Kis.7:55). Stefanus merasa sangat dicintai dan sukacita yang besar ini memampukan Stefanus untuk menanggung apapun demi Allah yang sudah mencintainya. Maka peristiwa kemartiran Stefanus merupakan gambaran seseorang yang mau setia kepada Allah bukan karena mengharapkan upah, namun semata-mata karena telah dicintai dengan cinta yang besar.

Hari Ketiga Oktaf Natal: dicintai membuat kita merasa cukup.

Pada hari ini kita merayakan Pesta Santo Yohanes Penginjil. Yohanes adalah seorang murid yang sampai pada kesadaran bahwa ia sangat dikasihi Tuhan (Yoh 20:2). Yohanes termasuk salah satu saksi awal kebangkitan. Ia sampai di kubur kosong itu lebih dulu daripada Petrus, namun ia mempersilakan Petrus untuk lebih dulu masuk. Baginya, kasih Tuhan sangatlah besar sehingga ia diijinkan untuk menjadi saksi kebangkitan. Dan itu saja sudah cukup, sehingga tidak penting lagi bagi Yohanes untuk mempermasalahkan siapa yang masuk lebih dulu ke dalam makam.

The power of being love.

Karena Natal adalah serangkaian peristiwa, maka kita belajar dari serangkaian peristiwa tersebut. Bahkan kita bisa belajar dari tiga hari pertama oktaf Natal bahwa rasa dicintai membuat kita sanggup melakukan apapun bagi dia yang mencintai kita. Yesus mau lahir di dunia untuk disalibkan karena Dia tahu bahwa apapun yang terjadi Dia adalah Putera yang sangat dicintai oleh Bapanya. Santo Stefanus setia sampai akhir karena seberat apapun penderitaannya, ia tahu bahwa dirinya dikasihi oleh Tuhan, bahkan diijinkan untuk melihat kemuliaan-Nya. Yohanes penginjil dengan sukacita menyebarkan Injil karena ia yakin bahwa dirinya adalah murid yang dikasihi Tuhan.

Karena kita dicinta.

Nama kita masing-masing tercatat dalam mega proyek penyelamatan manusia. Pertama-tama sebagai orang-orang yang dicintai oleh-Nya, sehingga demi kitalah Yesus lahir, disalibkan dan bangkit kembali. Kedua, sebagai orang yang dicintai. Ketiga, sebagai orang-orang yang tetap dicintai, apapun yang terjadi. Kita dilamar oleh Tuhan untuk menjadi orang yang Dia cintai. Dia menunggu tanggapan kita dengan penuh harap. Kita akan menjawab "ya" atas panggilan-Nya ini dan kita mau setia kepada-Nya. Karena kita dicintai.

@pada perjalanan tujuh jam dari Bogor - Bandung karena macet. 27 Des 2016. Dedeh S.