Judul buku : Asa untuk Sang Kupu-kupu
Penulis : dr. Laniyati Hamijoyo & Sandra V. Navarra, M.D
Buku kecil
dengan gambar sampul seekor kupu-kupu ini memberikan edukasi tentang penyakit
Lupus dengan cara yang menarik, semenarik kupu-kupu yang memang melambangkan
lupus. Walaupun tujuan penulisan buku ini adalah edukasi, namun para penulisnya
–Lanny dan Sandra- memilih untuk melakukannya dengan gaya berkisah yang ringan,
dengan memaparkan perjalanan seorang odapus (orang dengan lupus) bernama Anisa.
Dikisahkan
Anisa yang baru didiagnosis sebagai penderita lupus mencoba untuk memahami
penyakitnya dengan berbagai macam cara. Menghadiri pertemuan bulanan Komunitas
Lupus, berkonsultasi kepada dokter ahli reumatologi, berdiskusi dengan sesama odapus. Melalui catatan Anisa dalam usahanya
untuk memahami lupus, penulis masuk dengan materi edukasi tentang penyakit
lupus. Penjelasan tentang gejala-gejala penyakit lupus, bagaimana
mendiagnosisnya dan bagaimana pengobatannya dijelaskan dengan tuntas melalui jawaban-jawaban
atas pertanyaan Anisa. Bahkan kriteria untuk diagnosis lupus dari American
College of Rheumatology (ACR) dan SLICC, sekaligus uji-uji laboratoriumnya
dijelaskan di buku ini! Sangat lengkap, mengingat kedua penulisnya adalah ahli di bidangnya: dr. Lani adalah internist yang lulus fellowship traning Reumatologi di Filipina, Sandra V.Navarra adalah Profesor Reumatologi dari Filipina.
Selain
membahas tentang penyakit lupus, buku ini juga memberi tempat pada aspek
psikologis odapus. Pertanyaan yang diajukan oleh hampir semua penderita (apapun
jenis penderitaannya), yaitu “Mengapa harus aku?”, dibahas secara ringan
melalui diskusi Anisa dengan dokter reumatologi yang menanganinya. Enam tahap pengalaman
psikologis yang dialami oleh penderita apapun, dijelaskan melalui obrolan Anisa
dengan ibu Puri, seorang odapus yang dijumpai Anisa di rumah sakit. Melalui
pertemuannya dengan kedua tokoh ini, Anisa (sekaligus juga para pembaca buku ini) mendapat lebih banyak pengetahuan tentang
lupus sehingga diharapkan lebih dapat mengatasi permasalahan yang bisa timbul dalam hidup bersama lupus. Dengan kesiapan mental, akhirnya Anisa bahkan dapat mendiskusikan pilihan terapinya
dengan orangtua dan dokternya.
Sekalipun data-data ilmiah tentang penyakit lupus disajikan dalam buku ini, namun gaya berkisah melalui tokoh Anisa dan dokternya membuat topik berat ini menjadi terasa ringan. Buku ini
juga sangat empatik memandang odapus dan hadir sebagai sahabat yang menguatkan odapus. Ini tampak dari dua bab terakhir buku ini yang bertajuk “Berpikir positif” dan “Masa Depan
Cerah”. Secara brilian penulis menutup tulisan tentang penyakit lupus dengan
tulisan motivasi yang memberi kekuatan ekstra bagi pembacanya, melalui refleksi
Anisa dan catatannya. Berpikir positif, itulah kata kunci yang menjadi sumber
kekuatan kita semua untuk menghadapi masa depan yang lebih cerah. Maka penulis menutup buku ini
dengan jurnal Anisa yang memandang penyakitnya dengan cara baru dan optimis: “Setelah didiagnosis lupus dan melalui semua perjalanan dengan lupus ini, aku sekarang lebih menghargai hidupku. Aku percaya bahwa hidup adalah sebuah perjalanan dan aku mensyukuri apapun yang kumiliki. Selalu
ada asa untuk kita, para kupu-kupu".
Buku ini layak dibaca oleh siapapun: oleh odapus dan pendampingnya, oleh
para calon dokter dan dokter, bahkan juga oleh mereka yang belum pernah berhubungan
dengan penyakit lupus maupun penyakit menahun lainnya. Salam kasih bagi para odapus dan bagi kita semua.
Bandung, 18 Maret 2017.
Dedeh Supantini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar