Ketika
ibu mertua saya sakit kronis, saya melihat dan mengalami bagaimana kami semua
–anak, menantu dan cucu-cucunya- melayani beliau dan mendampinginya setiap
saat. Ibu telah melahirkan dan memelihara kelima anaknya, mengasihi setiap
menantunya, dan mendampingi cucu-cucunya sejak bayi. Mengingat begitu banyak
cinta yang telah dia berikan, tentu saja semua anggota
keluarga dengan sukacita bergiliran mendampinginya ketika beliau sakit. Dan, ketika beliau meninggal,
pastinya kami semua berdoa sekuat tenaga, mohon kepada Tuhan supaya ibu boleh
masuk ke surga.
Kalau
kita saja mengharapkan ibu kita untuk masuk ke surga, tentu saja mudah dipahami
bahwa Yesus pasti mengharapkan hal yang sama bagi ibu-Nya, yang telah
mengandung, melahirkan, memelihara dan mendampingi-Nya dengan penuh cinta
sampai di kayu salib. Yesus pernah memohon demikian: “Ya Bapa, Aku mau supaya, di
manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka
yang telah Engkau berikan kepada-Ku...” (Yoh 17:24). Mengingat orang
pertama yang telah diberikan Bapa kepada Yesus adalah Bunda yang telah mengandung-Nya,
pastilah Maria menjadi orang pertama yang diperkenankan untuk berada bersama
Yesus di surga.
Walaupun
dalam Kitab Suci tidak dikatakan bahwa Maria diangkat ke surga, namun Gereja
meyakini hal ini. Bukankah selain Injil Yohanes tadi, surat Paulus menuliskan hal yang sama “Semua
orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Kristus
sebagai buah sulung, sesudah itu mereka
yang menjadi milik-Nya...” (1Kor 15: 22b,23). Dan yang disebut sebagai
milik-Nya adalah mereka, “yang mendengarkan firman Allah dan
melakukannya” (Lukas 8:21). Bunda
Maria-lah yang pertama-tama menjadi teladan kita dalam ketaatan kepada Firman
Allah. Kata-katanya “Terjadilah kepadaku
menurut kehendak-Mu” sekaligus menyiratkan kesediaannya untuk membawa Sang Firman
kepada orang lain, walaupun untuk itu dia harus berkorban. Termasuk naik turun
pegunungan dalam keadaan hamil untuk membawa Firman-Nya, membawa cinta kasih
Allah, kepada Elisabet, sehingga bahkan bayi
dalam rahim Elisabet-pun merasakannya dan melonjak kegirangan.
Jadi,
hari ini, Hari Raya Maria Diangkat ke
Surga, kita peringati bukan sebagai dogma, melainkan sebagai sebuah perayaan
iman dan harapan bahwa setelah Bunda Maria
masuk ke surga, kelak kita semua yang juga milik-Nya boleh berada bersama
dengan-Nya di surga. Untuk itu, yang harus kita lakukan adalah meneladani Bunda
Maria dalam ketaatan kepada kehendak Allah, dan kesediaan membawa Firman-Nya,
cinta kasih-Nya kepada sesama. Amin.
Dedeh Supantini.
(Why.11:19a; 12:1-6a.10ab. Kor.15:20-26. Luk.1:39-56)
Deo Gratias - Komsos KAJ @ Lentera Nurani Katolik. RRI programa 1. Minggu 13 Agustus 2017