Senin, 14 Agustus 2017

Mengikuti Maria dan Masuk ke Surga



Ketika ibu mertua saya sakit kronis, saya melihat dan mengalami bagaimana kami semua –anak, menantu dan cucu-cucunya- melayani beliau dan mendampinginya setiap saat. Ibu telah melahirkan dan memelihara kelima anaknya, mengasihi setiap menantunya, dan mendampingi cucu-cucunya sejak bayi. Mengingat begitu banyak cinta yang telah dia berikan, tentu saja semua anggota keluarga dengan sukacita bergiliran mendampinginya ketika beliau sakit. Dan, ketika beliau meninggal, pastinya kami semua berdoa sekuat tenaga, mohon kepada Tuhan supaya ibu boleh masuk ke surga.


Kalau kita saja mengharapkan ibu kita untuk masuk ke surga, tentu saja mudah dipahami bahwa Yesus pasti mengharapkan hal yang sama bagi ibu-Nya, yang telah mengandung, melahirkan, memelihara dan mendampingi-Nya dengan penuh cinta sampai di kayu salib. Yesus pernah memohon demikian: “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku...” (Yoh 17:24). Mengingat orang pertama yang telah diberikan Bapa kepada Yesus adalah Bunda yang telah mengandung-Nya, pastilah Maria menjadi orang pertama yang diperkenankan untuk berada bersama Yesus di surga. 


Walaupun dalam Kitab Suci tidak dikatakan bahwa Maria diangkat ke surga, namun Gereja meyakini hal ini. Bukankah selain Injil Yohanes tadi, surat Paulus menuliskan hal yang sama “Semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Kristus sebagai buah sulung, sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya...” (1Kor 15: 22b,23). Dan yang disebut sebagai milik-Nya adalah mereka, “yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Lukas 8:21).  Bunda Maria-lah yang pertama-tama menjadi teladan kita dalam ketaatan kepada Firman Allah.  Kata-katanya “Terjadilah kepadaku menurut kehendak-Mu” sekaligus menyiratkan kesediaannya untuk membawa Sang Firman kepada orang lain, walaupun untuk itu dia harus berkorban. Termasuk naik turun pegunungan dalam keadaan hamil untuk membawa Firman-Nya, membawa cinta kasih Allah, kepada Elisabet, sehingga  bahkan bayi dalam rahim Elisabet-pun merasakannya dan melonjak kegirangan.


Jadi, hari  ini, Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, kita peringati bukan sebagai dogma, melainkan sebagai sebuah perayaan iman dan harapan bahwa setelah Bunda Maria masuk ke surga, kelak kita semua yang juga milik-Nya boleh berada bersama dengan-Nya di surga. Untuk itu, yang harus kita lakukan adalah meneladani Bunda Maria dalam ketaatan kepada kehendak Allah, dan kesediaan membawa Firman-Nya, cinta kasih-Nya kepada sesama. Amin.

Dedeh Supantini.

(Why.11:19a; 12:1-6a.10ab. Kor.15:20-26. Luk.1:39-56)
Deo Gratias - Komsos KAJ @ Lentera Nurani Katolik. RRI programa 1. Minggu 13 Agustus 2017