Jumat, 30 Maret 2018

Saling Membasuh Kaki


Pernahkah kita mendengar seorang pemimpin atau guru mengajar kita untuk melayani orang lain? Mungkin pernah. Namun pernahkah kita melihat atau mengalami guru itu mencuci kaki muridnya atau pemimpin itu mencuci kaki pengikutnya? 


Sekitar duaribu tahun yang lalu, seorang pemimpin, Guru kita melakukannya! Dia membasuh kaki para murid-Nya satu persatu termasuk murid yang Dia ketahui akan mengkhianati-Nya. Dan tindakan itu bukan semata-mata simbolik, tetapi nyata, sebab Sang Guru memang seorang yang selama hidup-Nya hanya melayani. Dengan tindakan itu Dia menegaskan kembali identitas dirinya, sekaligus memberi contoh tentang bagaimana seharusnya seorang pemimpin melayani bawahannya. Sebuah teladan yang sekaligus perintah juga bagi para murid-Nya.


Hari ini Kamis Putih. Dalam Misa Kamis Putih, Pastor membasuh kaki beberapa umat yang dipilih. Bapa Paus pun melakukannya setiap tahun. Kita sendiri mungkin pernah mengikuti retret keluarga atau acara pelatihan kepemimpinan tertentu yang mengadakan sesi pembasuhan kaki. Biasanya dalam sesi tersebut orangtua membasuh kaki anaknya dan sebaliknya. Demikian pula pemimpin membasuh kaki bawahannya dan sebaliknya. 


Jika hal tersebut dilakukan hanya sebagai simbol, mungkin kita terharu saat kaki kita dibasuh oleh Imam kita, oleh atasan, atau ayah/ ibu kita. Namun selesai acara, semuanya kembali seperti semula. Bahkan mungkin kita kembali menuntut untuk dilayani lebih daripada melayani, meminta dipahami lebih daripada memahami. Kini marilah kita menyadari kembail bahwa ritual pembasuhan kaki bukan semata-mata sebagai sebuah simbol, namun sebuah penegasan identitas. Bahwa kita memang seorang yang hadir untuk melayani yang lain, sesuai perintah Sang Guru. 


Bagaimana dengan kita yang belum pernah mengikuti ritual pembasuhan kaki dan hanya mendengar bagaimana keharuan yang dirasakan ketika mengalaminya? Jika kita memang seorang yang melayani, tidak perlu kecil hati bila kita belum pernah mengikuti ritual tersebut. Sebab sebenarnya kita telah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Kaki kita telah dibasuh oleh Pastor ketika beliau memberikan advisnya manakala kita berkonsultasi kepadanya. Pemimpin kita telah membasuh kaki kita ketika dia membayarkan gaji kita tepat waktu. Kitapun telah membasuh kaki ayah/ ibu/ suami/ istri/ anak-anak kita ketika dengan sukacita dan ikhlas mengantar berobat, atau bahkan sekadar menyiapkan makan bagi mereka.


Selamat saling membasuh kaki, saling melayani dalam kehidupan sehari-hari.


Dedeh Supantini.
#KamisPutih 29 Maret 2018