Sabtu, 18 April 2015

Destinasi yang tidak ada



Ketika akan bepergian ke suatu tempat untuk traveling, langkah pertama yang kita lakukan adalah menentukan terlebih dulu destinasi  -tempat tujuan- kita. Itu pasti. Kemudian kita mencari lokasinya di peta: memastikan jalan menuju ke sana, cara untuk mencapainya, memastikan ketersediaan transportasi menuju tempat tersebut dan adanya pemandu jalan (guide). Kalau semuanya sudah pasti ada, rasanya kita merasa aman sehingga sebelum berangkatpun kita yakin akan sampai ke tempat tujuan tersebut. Tapi jangan cepat-cepat merasa tenang.  Sebab, walaupun semuanya telah terencana dan tampak siap, belum tentu kita bisa sampai di sana, bahkan jangan-jangan tempat yang kita tuju tersebut tidak ada! Nah, bingung, kan ... Bagaimana bisa begitu? Bisa! Kami pernah mengalaminya.

Pada akhir tahun 2013, kami sekeluarga pergi ke Pulau Nias untuk mengunjungi Pastor pembimbing rohani sekaligus sahabat lama kami yang sudah 11 tahun bertugas di Mandrehe -Nias Barat-, sekaligus melihat keindahan pulau tersebut, yang pantai selatannya terkenal sebagai salah satu tempat surfing terindah di dunia. Maka, selain mengunjungi Mandrehe di Nias Barat, kami juga berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Nias Selatan: mengunjungi Desa Bawomataluo yang terkenal dengan tradisi lompat batu, kemudian menginap di pantai Sorake yang indah dan terkenal dengan ombaknya. Jadi, Sorake itulah destinasi –tujuan- akhir kami untuk berlibur.

Setelah menentukan tempat-tempat tujuan berlibur tadi, kami mulai merancang jadwal acara perjalanan dan memesan moda transportasi plus akomodasi. Di Nias Barat, kami diundang oleh Pastor kami untuk menginap di Susteran dekat rumah beliau, dan dijemput pula dari bandara. Maka kami tidak perlu mencari sendiri transportasi dan tempat menginap. Untuk akomodasi di selatan, sudah kami pesan dari sebuah agen perjalanan ternama. Agen tersebut merekomendasikan sebuah resort terbaik di pantai selatan. Katanya resort tersebut sering digunakan oleh para peselancar dari manca negara. Kami sendiri pernah punya pengalaman menginap di sebuah resort yang sering digunakan para peselancar di daerah terpencil Ujung Genteng Jawa Barat. Walaupun daerahnya sangat terpencil, sulit dicapai dan sepi, namun resort yang tersedia cukup nyaman dengan fasilitas yang cukup lengkap (tersedia WC/ kamar mandi yang bersih dan pantry/ dapur kecil). Maka, kami membayangkan bahwa destinasi kami di selatan Nias juga pasti begitu. Apalagi petugas agen perjalanan menyarankan kami untuk melihat situs hotel tersebut di internet. Kami kemudian browsing dan menemukannya. Memang sebuah resort yang tampak nyaman dan cukup lengkap, dengan kesan baik dari pengunjungnya.

Singkatnya, liburan kami di Nias Barat berjalan dengan indah dan penuh kesan. Usai kunjungan kekeluargaan di sana, sahabat kami tidak rela membiarkan kami pergi ke selatan sendirian, walaupun sebenarnya kami telah membuat janji akan dijemput di Mandrehe oleh mobil tour and travel lokal. Beliau bersikeras ingin mengantar kami ke Sorake dengan mobilnya. Karena kamipun masih ingin mengobrol dan mendengarkan pengalaman beliau, akhirnya kami membatalkan penjemputan dan membuat janji baru dengan tour guide kami untuk bertemu di selatan. Jadilah kami diantar oleh sahabat kami dengan mobilnya sampai ke selatan, melalui jalan yang berkelok-kelok, terjal dan longsor di mana-mana, termasuk melalui jembatan kayu sepanjang beberapa ratus meter yang ketika dilalui menimbulkan suara berderit-derit mengerikan. Wah, seru, mendebarkan, namun terasa aman karena kami berjalan bersama sahabat yang mendampingi kami.

Karena perjalanan dilalui sambil mengobrol, tanpa terasa sekitar 3 - 4 jam kemudian sampailah kami di selatan dan segera mencari hotel yang dimaksud. Namun, ketika kami sampai di alamat yang dituju, kami terbengong-bengong melihat sebuah hotel yang tampaknya dulu cukup mewah, namun saat itu terbengkalai: pintu masuk dan lobby-nya dalam keadaan kosong, berantakan dan kotor! Tidak ada petugas, tidak ada pengunjung. Sepi.

Wah, bagaimana bisa ... kami pergi ke tempat tujuan yang mestinya terjamin ada, namun kenyataannya ternyata  t i d a k   a d a!

Sesaat sepi. Rasanya shock. Ini tidak mungkin! Akhirnya kami mencoba menghubungi tour guide yang berjanji menjemput kami. Sebentar kemudian tour guide tersebut datang. Ternyata, ketahuanlah, bahwa resort mewah tersebut sekitar setahun sebelumnya didemo oleh penduduk setempat karena dianggap membiarkan perilaku tidak baik dari turis manca negara yang adalah para peselancar  yang suka mengadakan pesta, pergaulan bebas, peredaran narkoba dan lainnya. Dengan setengah meyakinkan,tour guide kami menjamin bahwa walaupun manajemen hotel tidak ada, namun kamar-kamar hotel masih dikelola dan disewakan kepada pengunjung. Jadi, menurut guide tersebut, kami bisa tetap menginap di sana. Mereka yang akan melayani kami. 
Sejenak kami saling berpandangan. Waduh ... yang benar saja ... bagaimana kami bisa menginap di tempat kosong seperti itu ... bisa-bisa kami bergiliran ronda sepanjang malam karena merasa tidak aman. Kami benar-benar kecewa dan membatalkan niat menginap di sana. Akhirnya sahabat kami membantu kami untuk memutuskan mencari destinasi lain yang terbaik. Kami minta penggantian akomodasi kepada agen perjalanan kami dan mendapat hotel baru yang bersih dan aman.

Dalam perjalanan hidup, kitapun sering harus menentukan "tempat-tempat persinggahan" maupun "tempat akhir" perjalanan kita, apakah "tempat" tersebut berupa sebuah cita-cita, rencana pengembangan diri, sebuah visi atau apapun. Lebih-lebih "tempat akhir" yang ingin kita tuju setelah perjalanan kita di dunia ini selesai. Dalam hal ini, jangan sampai memilih guide penunjuk jalan yang salah ... yang membawa kita tersesat atau bahkan sampai ke tempat destinasi yang tidak ada. Hendaknya semua itu kita siapkan dengan baik dan kita pastikan bahwa tempat tujuan tersebut bisa dicapai, memberi kita kedamaian ketika sampai di sana dan ada. Kita dapat saja menuliskan semua rencana hidup kita. Kita juga berharap dapat mencapainya, terutama mencapai tujuan akhir hidup kita, yaitu berjumpa dengan Sang Pencipta di kediaman-Nya di Surga. Namun bagaimana mengetahui bahwa arah kita sudah benar dan tempat yang kita tuju itu ada?  Dalam hal ini kita tidak bisa hanya mengandalkan diri sendiri, namun harus berpegang pada petunjuk-Nya. Allah telah mengutus Putera-Nya untuk menjadi sahabat dan penunjuk jalan. Marilah kita ikuti jalan yang telah ditunjukkan oleh Sang Sahabat, agar kita dapat mencapai tempat destinasi akhir kita dengan selamat. Dia akan membawa kita ke tempat tujuan akhir yang indah, penuh sukacita, damai dan sejahtera: Rumah Bapa di surga.


  

"Di rumah Bapa-Ku   banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran  dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh 14:2-6)