Pada suatu hari, sepulang Misa, saya melihat sekelompok orang sedang berbincang
akrab sambil bercanda dan tertawa-tawa. Tiba-tiba seseorang menghampiri
kelompok itu. Dia tertarik dengan kegembiraan dalam kelompok tadi dan ada
beberapa temannya di sana. Namun, ketika dia mendekat, tiba-tiba candaan
berhenti dan suasana menjadi kaku. Orang-orang yang sedang berbincang akrab
saling senggol sambil memandang orang baru tadi. Tampaknya kelompok tersebut
menganggap bahwa orang yang baru datang tadi adalah “orang luar”, tidak
boleh ikut bergabung untuk bergembira bersama mereka. Seolah-olah kegembiraan itu eksklusif,
tidak boleh dirasakan orang yang “bukan kelompok kita”.
Semasa
hidupnya, Yesus berada di masyarakat yang berpandangan seperti itu. Banyak
kelompok eksklusif yang merasa dirinya lebih suci, lebih terberkati dan lebih
berbahagia dibandingkan orang-orang yang dianggap pendosa. Mereka merasa
sebagai kelompok elit. Orang-orang miskin, orang yang dianggap kafir dan
pendosa tidak boleh berada dekat-dekat mereka.
Pada
suatu hari, ketika Yesus di atas bukit, sekumpulan besar orang terpinggirkan
itu mengerumuni-Nya, sebab mereka mendengar bahwa Yesus telah menyembuhkan
banyak orang. Pastinya mereka rindu untuk mengalami kesembuhan, baik dari
penyakit fisik maupun dari kemiskinan dan dosa. Yesus memahami kerinduan mereka
untuk disapa, maka Ia menyampaikan ucapan bahagia kepada mereka. Dengan ucapan
bahagia di bukit itu Yesus menegaskan bahwa apapun yang terjadi, sesungguhnya
mereka adalah orang yang berbahagia. Lho? Secara logika manusia tampak aneh.
Bahagia? Bukankah mereka miskin, lemah, kelaparan, berdosa, disingkirkan dan teraniaya!
Tetapi Yesus menegaskan bahwa kebahagiaan tidak berasal dari
kehebatan-kehebatan yang dimiliki, melainkan karena kedekatan dengan-Nya. Maka
orang-orang yang menderita dan tidak memiliki apa-apa di dunia ini tetap
berbahagia, karena Yesus selalu ada bagi mereka. Dia mengundang mereka untuk
merasakan sukacita-Nya dengan cuma-cuma.Tidak seorangpun dibiarkan sendirian
dalam hidupnya!
Pada tanggal 1 November, Gereja
merayakan Hari Raya Para Orang Kudus. Siapakah yang disebut orang-orang kudus
itu? Mereka bukanlah orang-orang yang banyak membuat mukjizat dalam nama Tuhan,
melainkan orang-orang beriman yang selama hidupnya menunjukkan cinta yang
besar. Mereka meninggalkan kenyamanan dunia untuk melayani Tuhan dan mengabdi
sesama. Keutamaan para kudus terdapat pada kesediaan untuk “mengundang dan
melibatkan semua orang” dalam
kebahagiaan yang mereka terima dari Allah. Contohnya Bunda Teresa yang
meninggalkan kenyamanan hidupnya dan pergi ke tempat kumuh untuk menjadi
sahabat orang-orang sakit dan miskin. Bunda Teresa membagikan dirinya kepada
orang-orang menderita sehingga mereka merasa tidak sendirian. Dia merawat
mereka, sehingga mereka bisa meninggal sebagai orang yang dicintai. Bunda
Teresa menyediakan diri bagi Tuhan untuk menjadi kepanjangan tangan Tuhan
sehingga terpenuhilah sabda bahagia Yesus "Berbahagialah kamu...".
Tidak seorangpun dibiarkan sendirian di dunia ini, karena aku menjadi sahabatnya.
Jadi, siapa sajakah para kudus itu? Pertama,
orang-orang beriman yang mendapat kanonisasi dari Gereja. Kedua, dalam
Wahyu 7, disebutkan bahwa orang-orang kudus atau “orang-orang yang
dimeteraikan” jumlahnya “... tidak dapat terhitung banyaknya ...”. Artinya, Tuhan
menginginkan semua orang di dunia ini menjadi kudus, termasuk diri kita
masing-masing! Tuhan memanggil kita untuk menjadi kudus, untuk mengikuti cara hidup para kudus,
dengan cara membagikan berkat yang telah kita terima dari-Nya kepada orang
lain, dan mengasihi setiap sesama kita tanpa syarat
Kita telah menerima berkat-berkat
Tuhan. Marilah kita bagikan kepada sesama agar terpenuhilah sabda bahagia Yesus
dalam diri mereka. "Berbahagialah kamu ...." sebab aku ada bagimu.
Kemuliaan kepada Bapa dan Putera dan
Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala masa.
Amin.
Dedeh
Supantini.
Tayang di
acara PRK RRI online programa 1, Selasa 1 November 2017
Bacaan: Why
7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar