Jumat, 02 Juni 2017

Menemukan Allah

Dulu, setelah lulus dari SMA, sahabatku Johan melanjutkan sekolah di luar negeri. Berhubung kondisi ekonomi keluarganya pas-pasan, dia tidak bisa setiap tahun pulang untuk menengok orangtua, demikian pula sebaliknya. Kalau merasa kangen, mereka berjumpa melalui hubungan telpon. Kalau saja hal itu terjadi di masa kini, masih bisa saling memandang melalui video call, skype, dan lain-lain. Jaman dulu, hanya bisa telpon sebentar, sehingga masih selalu ada kekosongan yang tersisa, terutama di hati ibunya. Kalau masih kangen, sang ibu suka memandangi foto-fotonya. Kadang ibu melamun lalu membeli makanan kesukaan Johan dan menghidangkannya bagi Reihan adiknya. Seolah-olah sang ibu menemukan Johan dalam diri Reihan, lalu merasa kangennya terobati dengan cara itu.

Saat ini kita mau merenungkan, apakah kita masing-masing pernah berjumpa dengan Allah, dan apakah perjumpaan itu membuat kita merasa penuh. Kita sadar, bahwa kita berjumpa dengan Allah dalam doa-doa kita, yang bagaikan hubungan telpon. Kita menyampaikan kerinduan kita kepada-Nya melalui doa, menyampaikan keluh kesah dan harapan kita, sekaligus mendengarkan suara dan pesan-pesan-Nya. Namun perjumpaan ini terasa kurang. Sebab kalau kita hitung jumlah jam doa kita dalam sehari mungkin hanya 2 atau 3 jam per hari: tiga kali Malaikat Tuhan atau Ratu Surga, doa pagi dan malam, dan doa sebelum makan. Perjumpaan yang terlalu singkat di antara 24 jam hidup kita ini membuat hidup kita kadang masih terasa kosong.

Santa Faustina dalam catatan hariannya yang bernomor 148 mengajak kita untuk “menjadi jiwa yang lembut dan sederhana, agar melihat Allah dalam segala sesuatu, menemukan Dia di mana-mana”. Kita diajak untuk menemukan Allah yang hadir nyata di depan kita. Bagaimana caranya?

Dalam kisah ibu Johan tadi, ibu bisa melihat sosok Johan dalam diri Reihan dan mengasihinya secara nyata dengan mengasihi sang adik. Kitapun bisa mengasihi Allah dengan cara mengasihi segala sesuatu yang mewakili wajah Allah di sekitar kita. Sesungguhnya Ia ada di mana-mana: dalam udara pagi yang sejuk, sinar matahari yang hangat, dalam diri sesama kita, dan keluarga kita. Kita bisa menemukan Allah, melihat-Nya, berkomunikasi dengan akrab, menyentuh-Nya, dan melayani-Nya dengan mengasihi sesama. Bukankah Ia pernah bersabda: “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” . Dengan melakukan ini, kita juga sudah menghidupi apa yg disebut St.Ignatius Loyola sebagai “kontemplasi dalam aksi”. Mari kita menemukan Allah dalam diri sesama, dan melayani-Nya. Kita mulai hari ini dengan orang terdekat kita, keluarga kita.

Dedeh Supantini. With 💖

#LatePost
#Renungan 27 Mei 2017 dibawakan dalam ibadat Komunitas Kerahiman Illahi Stasi Santo Theodorus Bandung.

Bahan bacaan:
1. Catatan harian Santa Faustina no.148
2. Mat 25: 34-40

Tidak ada komentar: