Saat ini kita mau merenungkan, apakah kita masing-masing pernah
berjumpa dengan Allah, dan apakah perjumpaan itu membuat kita merasa
penuh. Kita sadar, bahwa kita berjumpa dengan Allah dalam doa-doa kita,
yang bagaikan hubungan telpon. Kita menyampaikan kerinduan kita
kepada-Nya melalui doa, menyampaikan keluh kesah dan harapan kita,
sekaligus mendengarkan suara dan pesan-pesan-Nya. Namun perjumpaan ini
terasa kurang. Sebab kalau kita hitung jumlah jam doa kita dalam sehari
mungkin hanya 2 atau 3 jam per hari: tiga kali Malaikat Tuhan atau Ratu
Surga, doa pagi dan malam, dan doa sebelum makan. Perjumpaan yang
terlalu singkat di antara 24 jam hidup kita ini membuat hidup kita
kadang masih terasa kosong.
Santa Faustina dalam catatan hariannya yang bernomor 148 mengajak kita untuk “menjadi jiwa yang lembut dan sederhana, agar melihat Allah dalam segala sesuatu, menemukan Dia di mana-mana”. Kita diajak untuk menemukan Allah yang hadir nyata di depan kita. Bagaimana caranya?
Dalam kisah ibu Johan tadi, ibu bisa melihat sosok Johan dalam diri Reihan dan mengasihinya secara nyata dengan mengasihi sang adik. Kitapun bisa mengasihi Allah dengan cara mengasihi segala sesuatu yang mewakili wajah Allah di sekitar kita. Sesungguhnya Ia ada di mana-mana: dalam udara pagi yang sejuk, sinar matahari yang hangat, dalam diri sesama kita, dan keluarga kita. Kita bisa menemukan Allah, melihat-Nya, berkomunikasi dengan akrab, menyentuh-Nya, dan melayani-Nya dengan mengasihi sesama. Bukankah Ia pernah bersabda: “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” . Dengan melakukan ini, kita juga sudah menghidupi apa yg disebut St.Ignatius Loyola sebagai “kontemplasi dalam aksi”. Mari kita menemukan Allah dalam diri sesama, dan melayani-Nya. Kita mulai hari ini dengan orang terdekat kita, keluarga kita.
Dedeh Supantini. With 💖
#LatePost
#Renungan 27 Mei 2017 dibawakan dalam ibadat Komunitas Kerahiman Illahi Stasi Santo Theodorus Bandung.
Bahan bacaan:
1. Catatan harian Santa Faustina no.148
2. Mat 25: 34-40
Santa Faustina dalam catatan hariannya yang bernomor 148 mengajak kita untuk “menjadi jiwa yang lembut dan sederhana, agar melihat Allah dalam segala sesuatu, menemukan Dia di mana-mana”. Kita diajak untuk menemukan Allah yang hadir nyata di depan kita. Bagaimana caranya?
Dalam kisah ibu Johan tadi, ibu bisa melihat sosok Johan dalam diri Reihan dan mengasihinya secara nyata dengan mengasihi sang adik. Kitapun bisa mengasihi Allah dengan cara mengasihi segala sesuatu yang mewakili wajah Allah di sekitar kita. Sesungguhnya Ia ada di mana-mana: dalam udara pagi yang sejuk, sinar matahari yang hangat, dalam diri sesama kita, dan keluarga kita. Kita bisa menemukan Allah, melihat-Nya, berkomunikasi dengan akrab, menyentuh-Nya, dan melayani-Nya dengan mengasihi sesama. Bukankah Ia pernah bersabda: “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” . Dengan melakukan ini, kita juga sudah menghidupi apa yg disebut St.Ignatius Loyola sebagai “kontemplasi dalam aksi”. Mari kita menemukan Allah dalam diri sesama, dan melayani-Nya. Kita mulai hari ini dengan orang terdekat kita, keluarga kita.
Dedeh Supantini. With 💖
#LatePost
#Renungan 27 Mei 2017 dibawakan dalam ibadat Komunitas Kerahiman Illahi Stasi Santo Theodorus Bandung.
Bahan bacaan:
1. Catatan harian Santa Faustina no.148
2. Mat 25: 34-40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar